Samarinda, Kalimantan Timur – Pemerintah Kota Samarinda resmi meluncurkan program makan bergizi gratis untuk siswa-siswi tingkat sekolah dasar di wilayah Samarinda Utara. Program ini disambut antusias oleh para orang tua dan tenaga pendidik, namun tak luput dari tantangan, salah satunya adalah ditemukannya sejumlah siswa yang mengalami alergi terhadap menu makanan yang disediakan.
Program yang mulai dijalankan awal April 2025 ini merupakan bagian dari inisiatif nasional untuk meningkatkan gizi anak-anak sekolah dan mencegah stunting sejak dini. Pemerintah Kota Samarinda bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan untuk memastikan makanan yang diberikan memenuhi standar gizi seimbang.
Wakil Wali Kota Samarinda, Drs. H. Rusmadi Wongso, saat meninjau pelaksanaan program di SDN 019 Samarinda Utara, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan langkah konkret dalam membangun generasi emas di masa depan. “Kami ingin memastikan setiap anak mendapatkan asupan gizi yang layak, tidak hanya untuk pertumbuhan fisik, tetapi juga untuk mendukung perkembangan kognitif mereka di sekolah,” ujarnya.
Menu Variatif dan Bergizi
Menu yang disajikan bervariasi setiap harinya dan mencakup sumber karbohidrat, protein hewani, nabati, sayur, dan buah. Salah satu contoh menu harian adalah nasi, ayam kecap, tumis sayur bayam, irisan buah pepaya, serta susu kotak rendah lemak. Makanan disiapkan oleh penyedia katering lokal yang telah diseleksi oleh Dinas Kesehatan.
Kepala Dinas Pendidikan Samarinda, Hj. Sri Wahyuni, S.Pd., mengatakan bahwa pihaknya sangat memperhatikan standar kebersihan dan kualitas bahan makanan. “Kami juga melibatkan ahli gizi dalam menyusun menu harian agar kebutuhan gizi siswa tercukupi,” kata Sri Wahyuni.
Kasus Alergi Jadi Perhatian
Meski program ini berjalan relatif lancar di mayoritas sekolah, beberapa kendala mulai muncul, salah satunya adalah kasus alergi makanan pada sejumlah siswa. Di SDN 021 Samarinda Utara, dua orang siswa dilaporkan mengalami gejala alergi setelah mengonsumsi lauk ikan laut yang disediakan dalam menu hari itu.
Kepala sekolah, Nur Aini, M.Pd., mengonfirmasi bahwa para siswa tersebut segera mendapatkan pertolongan pertama dan kini sudah pulih. “Kami langsung melaporkan ke Dinas Kesehatan, dan saat ini sedang dilakukan pendataan siswa yang memiliki riwayat alergi atau pantangan makanan,” jelasnya.
Kasus ini memunculkan kebutuhan untuk melakukan pendataan lebih mendetail mengenai kondisi kesehatan siswa, terutama terkait alergi makanan tertentu seperti susu, telur, kacang, atau makanan laut.
Orang Tua Minta Penyesuaian Menu
Beberapa orang tua mengapresiasi program makan gratis ini namun berharap ada penyesuaian bagi anak-anak dengan kondisi khusus. “Anak saya alergi susu sapi, kemarin sempat diare karena tidak tahu susunya mengandung laktosa. Kami harap pihak sekolah atau katering bisa menyediakan opsi pengganti,” ujar Ratna, salah satu wali murid di SDN 014 Samarinda Utara.
Merespons hal tersebut, Dinas Kesehatan Kota Samarinda menyatakan tengah menyusun protokol khusus bagi siswa yang memiliki kebutuhan diet tertentu. “Kami sedang mengembangkan sistem pemilahan menu sesuai kondisi siswa. Nantinya akan ada label dan opsi menu alternatif,” ujar dr. Henny Lestari, Kabid Kesehatan Masyarakat.
Evaluasi dan Perbaikan Terus Dilakukan
Pemerintah Kota Samarinda menegaskan bahwa program ini akan terus dievaluasi secara berkala. “Setiap dua minggu, kami lakukan monitoring untuk melihat efektivitas program, kendala lapangan, dan tentunya masukan dari sekolah maupun orang tua,” kata Rusmadi.
Selain itu, pihak sekolah juga diminta untuk mengisi laporan harian mengenai distribusi makanan dan kondisi siswa setelah makan. Ini dilakukan untuk memantau kejadian luar biasa seperti keracunan atau reaksi alergi.
Harapan untuk Masa Depan
Meski masih menghadapi tantangan, program makan bergizi gratis ini dianggap sebagai langkah positif dan berkelanjutan. Guru-guru mengakui bahwa siswa menjadi lebih semangat belajar dan tidak lagi mengeluh lapar saat pelajaran berlangsung.
“Anak-anak jadi lebih aktif, dan kami tidak perlu khawatir ada yang tidak sarapan di rumah. Tinggal butuh sedikit penyesuaian agar benar-benar cocok untuk semua,” tutur Arman, guru kelas di SDN 018 Samarinda Utara.
Program ini direncanakan akan terus diperluas ke kecamatan lain di Samarinda jika hasil evaluasi menunjukkan dampak positif terhadap kesehatan dan prestasi siswa.











