Samarinda, ibu kota Provinsi Kalimantan Timur, kembali menjadi sorotan publik setelah seorang balita berusia 1 tahun 4 bulan mengalami kebutaan dan kelumpuhan pasca menjalani tiga kali operasi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Abdul Wahab Sjahranie (AWS). Kondisi kritis yang dialami anak tersebut memunculkan dugaan adanya malfungsi pada alat medis yang digunakan selama prosedur medis tersebut.
Balita yang diketahui bernama Radeva ini pertama kali dirawat di RSUD AWS pada Februari 2025 karena keluhan kesehatan yang tidak dijelaskan secara rinci. Setelah menjalani tiga kali operasi, kondisi Radeva justru memburuk, dengan gejala kebutaan dan kelumpuhan pada sebagian tubuhnya. Keluarga pasien melaporkan bahwa alat medis yang digunakan selama operasi diduga tidak berfungsi dengan baik, yang mungkin menjadi penyebab utama komplikasi tersebut.
Menanggapi laporan keluarga pasien, pihak RSUD AWS memberikan klarifikasi bahwa mereka telah melakukan prosedur medis sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) yang berlaku. Namun, mereka juga menyadari pentingnya evaluasi menyeluruh terhadap peralatan medis yang digunakan untuk memastikan keselamatan pasien.
Anggota Komisi I DPRD Samarinda, Adnan Faridan, bersama Tim Reaksi Cepat Perlindungan Perempuan dan Anak (TRC PPA) Kaltim, turun langsung ke RSUD AWS untuk meninjau kondisi Radeva. Mereka mendesak agar pihak rumah sakit melakukan investigasi mendalam terkait dugaan malfungsi alat medis dan memastikan tidak ada lagi pasien yang dirugikan akibat kelalaian serupa.
Dugaan malfungsi alat medis menjadi sorotan utama dalam kasus ini. Beberapa ahli medis menyatakan bahwa penggunaan alat medis yang tidak berfungsi dengan baik dapat menyebabkan komplikasi serius, termasuk kebutaan dan kelumpuhan. Pentingnya pemeliharaan dan kalibrasi rutin terhadap alat medis menjadi aspek krusial dalam mencegah kejadian serupa di masa depan.
Saat ini, Radeva masih menjalani perawatan intensif di RSUD AWS. Keluarga pasien berharap agar proses pemulihan berjalan lancar dan Radeva dapat kembali sehat seperti sedia kala. Mereka juga mengharapkan adanya dukungan moral dan materiil dari pemerintah dan masyarakat untuk membantu biaya pengobatan dan rehabilitasi yang diperlukan.
Kasus yang menimpa Radeva menjadi pengingat pentingnya kualitas dan keamanan alat medis yang digunakan di fasilitas kesehatan. Pihak rumah sakit dan pemerintah diharapkan dapat melakukan evaluasi menyeluruh terhadap peralatan medis yang ada, serta meningkatkan pengawasan dan pemeliharaan rutin untuk mencegah terjadinya malfungsi yang dapat membahayakan nyawa pasien. Selain itu, transparansi dalam proses investigasi dan komunikasi yang baik antara pihak rumah sakit, pemerintah, dan masyarakat sangat diperlukan untuk membangun kembali kepercayaan publik terhadap layanan kesehatan di Samarinda.











