Kekerasan Terjadi di Tengah Proses Mediasi
Muara Muntai, Kutai Kartanegara – Sebuah insiden mengejutkan terjadi di hadapan aparat kepolisian saat mediasi berlangsung di kantor Polsek Muara Muntai. Kades Muara Muntai Ilir, Mahyudin, diserang oleh seseorang yang diduga preman di tengah proses klarifikasi antara pemerintah desa dan warga yang berselisih paham terkait batas lahan. Peristiwa ini sontak menjadi sorotan publik karena terjadi di lokasi yang seharusnya menjamin keamanan semua pihak.
Dalam rekaman video amatir yang kini beredar luas di media sosial, terlihat Mahyudin diserang secara tiba-tiba oleh seorang pria bertubuh besar saat ia sedang menjelaskan kronologi persoalan. Aksi itu langsung dihentikan oleh beberapa petugas kepolisian yang berada di tempat, namun tidak sedikit masyarakat yang mempertanyakan mengapa insiden tersebut bisa terjadi di lingkungan yang dijaga aparat.
Latar Belakang Mediasi
Permasalahan bermula dari sengketa lahan yang melibatkan beberapa warga dan Pemerintah Desa Muara Muntai Ilir. Warga menuduh adanya pengambilan keputusan sepihak terkait batas lahan oleh pemerintah desa, sementara pihak desa mengklaim telah menjalankan proses sesuai dengan aturan yang berlaku. Untuk meredakan ketegangan, mediasi pun dilakukan di Polsek Muara Muntai.
Namun alih-alih berjalan damai, mediasi berubah menjadi ajang intimidasi dan kekerasan. Mahyudin, sebagai Kades Muara Muntai Ilir, menjadi korban serangan fisik secara terang-terangan. Ia mengaku sempat mengalami luka ringan akibat pukulan yang diterimanya.
Keterangan dari Kades Muara Muntai Ilir
Dalam keterangannya kepada media, Mahyudin mengatakan bahwa dirinya tidak menyangka akan menjadi sasaran kekerasan, terlebih ketika berada di hadapan aparat penegak hukum.
“Saya hadir ke Polsek Muara Muntai untuk menyelesaikan masalah ini secara baik-baik. Tapi justru saya diserang, padahal banyak anggota polisi yang menyaksikan,” ujar Mahyudin.
Ia menambahkan bahwa insiden ini telah dilaporkan ke pihak berwajib dan berharap pelaku segera ditindak tegas sesuai hukum yang berlaku. Selain itu, Mahyudin juga meminta agar aparat kepolisian dapat memberikan rasa aman dan tidak membiarkan tindakan main hakim sendiri berlangsung di lingkungan hukum.
Reaksi Masyarakat dan Pejabat Daerah
Kejadian ini langsung mengundang reaksi keras dari masyarakat dan tokoh-tokoh di Kutai Kartanegara. Banyak yang mengecam tindakan kekerasan terhadap kepala desa yang sedang menjalankan tugasnya. Warga juga mendesak pihak kepolisian untuk lebih sigap dalam mengantisipasi potensi kekacauan dalam forum mediasi seperti ini.
Sementara itu, beberapa pejabat daerah menyampaikan keprihatinan mereka terhadap peristiwa tersebut. Mereka berharap kasus ini tidak menjadi preseden buruk bagi upaya penyelesaian konflik di desa.
“Apa pun alasannya, kekerasan tidak bisa dibenarkan. Kami mendukung penegakan hukum dan perlindungan terhadap kepala desa yang sedang menjalankan tugasnya,” ujar seorang anggota DPRD Kutai Kartanegara.
Tanggapan Kepolisian
Kapolsek Muara Muntai membenarkan adanya insiden tersebut. Ia menyebutkan bahwa pelaku penyerangan telah diamankan untuk dimintai keterangan. Proses penyelidikan akan terus dilakukan guna mengungkap motif dan latar belakang aksi penyerangan terhadap Kades Muara Muntai Ilir.
“Kami pastikan akan menindak tegas siapa pun yang melanggar hukum, termasuk pelaku penyerangan. Tidak ada tempat untuk premanisme dalam proses mediasi hukum,” tegas Kapolsek.
Meski begitu, banyak pihak menilai aparat harus introspeksi dan meningkatkan pengamanan dalam setiap proses mediasi, terutama jika melibatkan konflik sensitif seperti sengketa lahan.
Imbauan untuk Menjaga Proses Hukum yang Damai
Peristiwa penyerangan terhadap Kades Muara Muntai Ilir menjadi pengingat penting bahwa proses penyelesaian sengketa harus dilakukan dengan menjunjung tinggi hukum dan etika. Kekerasan hanya akan memperkeruh suasana dan memperpanjang konflik. Semua pihak, baik pemerintah, masyarakat, maupun aparat, diharapkan dapat bekerja sama dalam menjaga kedamaian dan keamanan di wilayah Muara Muntai Ilir.
Mahyudin sendiri berharap agar insiden ini menjadi yang terakhir, dan ia tetap berkomitmen menjalankan tugasnya sebagai kepala desa dengan semangat melayani masyarakat.
Kasus penyerangan terhadap Kades Muara Muntai Ilir menyoroti pentingnya pengamanan dalam proses mediasi serta penegakan hukum yang konsisten. Insiden ini harus dijadikan pembelajaran bagi semua pihak agar mengedepankan dialog, bukan kekerasan. Aparat kepolisian diharapkan segera menuntaskan penyelidikan dan memberikan keadilan bagi korban serta efek jera bagi pelaku.











